Karakter Khas Muhammadiyah Harus Dimanifestasikan di Setiap Amal Usaha

KRAMAT49 NEWS, BANDUNG— Keberadaan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tidak bisa dilepaskan dari Muhammadiyah secara organisatoris, keduanya merupakan senyawa yang tidak boleh pisah. Oleh karena itu, kekhasan yang dimiliki oleh Muhammadiyah juga harus dimanifestasikan di setiap AUM.

Demikian rangkuman awal sambutan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir di acara Puncak Refleksi Milad 109 Muhammadiyah sekaligus Peresmian Auditorium KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada (9/12). Pada kesempatan ini Haedar juga menyampaikan apresiasi atas capaian yang berhasil diukir oleh UMBandung.

Menurutnya, yang paling penting dari AUM adalah proyeksi masa depan sebagai tonggak kemajuan UMBandung secara khusus, dan Muhammadiyah secara lebih luas.

Gerak langkah yang dilakukan Muhammadiyah, baik level nasional sampai global melalui pendirian AUM menjadi penanda kekuatan Muhammadiyah dalam memajukan bangsa dan peradaban global. Terkait dengan penggunaan nama tokoh pendahulu sebagai nama bangunan/gedung, menurut Haedar itu bukan pengkultusan.

“Tidak  untuk kultus, tetapi tonggak bagi berdirinya Muhammadiyah dan bagi setiap inspirasi kita untuk maju,” ucap Haedar

Sosok KH. Ahmad Dahlan bagi Muhammadiyah memberi karakter khas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dan membedakannya dengan gerakan Islam lain. Namun demikian, Haedar mengingatkan bahwa kekhususan yang dimiliki oleh Muhammadiyah bukan sebagai alasan keterpisahan antara Muhammadiyah dengan gerakan Islam lain.

Keberadaan KH. Ahmad Dahlan bagi anggota, kader dan pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah menjadi nilai khusus. Inspirasi yang muncul dari sosok Kiai Dahlan harusnya melahirkan semangat untuk memajukan Muhammadiyah sesuai dengan karakter/kekhasan tersebut. Akan tetapi, imbuh Haedar, ikhtiar tersebut tidaklah mudah.

“Inilah yang kemudian di Muhammadiyah, dan organisasi lain ada kaderisasi dengan segala kegiatannya, pengajian, penanaman nilai, bahkan kita punya konsep Darul Arqam, Baitul Arqam dan lain sebagainya. Sesungguhnya kalau diperas itu yang ingin ditanamkan dalam kegiatan-kegiatan khusus keorganisasian ya  menangkap nilai dan karakter khusus itu,” ungkapnya.

Karakter khas yang dimiliki Muhammadiyah tersebut harus ditemukan dan disosialisasikan untuk menumbuhkan komitmen. Secara bersamaan anggota, kader, dan pimpinan harus melakukan internalisasi kekhasan yang dimiliki Muhammadiyah, seraya menyesuaikan diri dengan organisasi, bukan sebaliknya organisasi yang dipaksa menyesuaikan.

“Lebih jauh lagi, nilai-nilai itu harus diinstitusionalisasikan, dilembagakan. Sehingga kemudian menjadi awet sebagai sebuah sistem,” tuturnya.

Haedar mewanti-wanti jangan sampai sebuah organisasi melimpah jumlah orangnya, tapi tidak paham akan organisasi yang ditempati. Jangan samakan organisasi seperti terminal, hanya menjadi tempat kerumunan bukan social group. Sebab jika demikian, akan banyak orang yang hanya datang – pergi saja, mereka tidak menetap dan bahkan tidak ikut membesarkan organisasi.

sumber Muhammadiyah

Check Also

Muhammadiyah : Serukan Salat Ghaib untuk Korban Konflik Israel-Palestina

KRAMAT49 JAKARTA – Serangan brutal Israel ke Gaza telah mengakibatkan kenaikan dramatis angka kematian di …

Exit mobile version