Muhammadiyah ke Vatikan, Wakil Asia Tenggara di Konferensi Religions and Education

Kramat 49 News – JAKARTA – Sehari pasca diadakannya forum Faith and Science: An Appeal for COP26 bersama para pemimpin agama dan ilmuwan dunia di Vatikan, 4 Oktober 2021, Vatikan menggelar pertemuan terbatas bertajuk Religions and Education: Towards a Global Compact on Education, Selasa 5 Oktober 2021.

Uniknya, dari daftar 19 nama pembicara di konferensi tersebut, nama Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Dalam kapasitas mewakili Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, Prof. Dr. Abdul Mu’ti berada satu meja dengan pemimpin Katolik dunia Paus Fransiskus, mufti agung Al-Azhar Syaikh Ahmad al-Tayyeb, pemimpin Gereja Ortodoks Timur Konstatinopel Bartholomew I, dan pemimpin komunitas Yahudi Amerika Rabbi Noam Marans.

Apa yang Sejatinya dibahas?

Jika pertemuan sehari sebelumnya disiapkan untuk menggerakkan seluruh agama besar di dunia berperan aktif melestarikan bumi di samping menggalang dukungan sebelum KTT Perubahan Iklim yang akan digelar di Glasgow, Skotlandia, 31 Oktober–12 November, maka pertemuan 5 Oktober dimaksudkan agar bagaimana agama-agama besar di dunia dapat menciptakan pendidikan yang optimistik, terbuka, melindungi kelompok rentan-marginal dan menciptakan generasi yang siap mengawal masa depan perdamaian dunia.

Paus Fransiskus dalam konferensi 5 Oktober ini memberi pidato kunci bahwa agama selalu memiliki tradisi yang lekat dekat dengan pendidikan. Jika agama di masa lalu mendidik manusia untuk mengutamakan perbedaan, saat ini pendidikan dan agama selayaknya mendidik manusia untuk ‘hidup damai dengan sikap saling menghargai’ dan mengedepankan persaudaraan universal.

Konferensi 5 Oktober ini semula diagendakan pada 12 September 2019 yang kemudian ditunda karena pandemi. Lalu, digelar perdana pada 15 Oktober 2020 di Pontifical Lateran University, Roma, Italia.

Para peserta konferensi yang hadir sebagai representasi perwakilan kelompok agama di dunia ditekankan untuk mengulas pengalaman dan kiprah mereka di bidang pendidikan, serta mengupas tantangan terkini dan menegaskan kembali pentingnya pendidikan secara holistik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, damai, bersaudara dan berorientasi pada pelayanan kemanusiaan.

Mengapa Muhammadiyah Mewakili Indonesia?

Keikutsertaan Muhammadiyah dalam Konferensi ini barangkali bisa dipahami dari 5 pakta pendidikan yang dibahas sebagai materi utama, yakni soal martabat dan hak asasi manusia; persaudaraan dan kerjasama; kesatuan teknologi dan ekologi; perdamaian dan kewarganegaraan; serta budaya dan agama. Yang mana hasil dari paparan semua pembicara akan diaktualisasi secara lokal maupun global lewat kerjasama jejaring universitas yang luas.

Organisasi Islam paling Mapan soal Pendidikan

Di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi agama yang paling berpengalaman dan paling maju dalam pengelolaan pendidikan modern.

Hal itu tampak dengan dimilikinya 164 Perguruan Tinggi di Indonesia dan 1 Perguruan Tinggi di Malaysia, 20 ribu lebih TK/Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan ribuan Sekolah Dasar hingga Menengah Atas yang tersebar di seluruh Indonesia hingga di wilayah paling pelosok di kepulauan.

Muhammadiyah selama ini paling vokal mengkritisi berbagai kebijakan pendidikan nasional yang terbukti pragmatis dan fokus pada penyerapan pasar atau pembentukan tenaga kerja semata. Misalnya lewat kritik terhadap Peta Jalan Pendidikan Nasional pada awal Maret lalu.

Kritik Muhammadiyah di ranah lokal sejatinya relevan dengan pesan Sri Paus Fransiskus dalam Konferensi 5 Oktober kemarin. Sri Paus bersama UNESCO menyeru agar manusia menjadi pusat dalam proses pendidikan yang holistik dan merangkul kebudayaan dan agama.

Pesan Paus menyiratkan kekhawatiran terhadap perkembangan modern yang membuat manusia semakin mekanik dan kurang memiliki kepekaan dengan lingkungan sekitarnya.

Perhatian Kepada Guru dan Generasi Muda

Dari Konferensi ini, dua hal yang paling disorot adalah soal perhatian terhadap guru dan generasi muda. Paus Fransiskus berharap agar pendidikan yang holistik dan integral dirancang agar generasi muda memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap diri mereka, orang lain, makhluk Tuhan dan perbedaan iman.

“Kita tidak boleh gagal untuk berbicara kepada generasi muda mengenai kebenaran yang memberi makna terhadap kehidupan,” kata Sri Paus.

“Untuk alasan ini, pendidikan menguji komitmen kita untuk menerima manusia sebagaimana mereka apa adanya, bukan bagaimana mereka sesuai dengan apa yang kita inginkan, tanpa menghakimi atau mengutuk siapapun,” imbuhnya.

Selain menaruh harapan besar bagi generasi muda, Paus juga menyampaikan terimakasih atas dedikasi dan pengorbanan para guru yang tidak mudah apalagi di tengah pandemi.

Melihat tugas mereka yang berat, Paus mengarahkan seruan kepada setiap pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan dalam agenda politik negara mereka, dengan menawarkan dukungan yang lebih baik kepada para guru dan tenaga pendidikan, baik melalui jaminan profesi, beasiswa pendidikan hingga asuransi.

Muhammadiyah Sampaikan Dua Hal

Dalam konferensi The Representatives of Religions tersebut, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyampaikan terkait komitmen, tantangan dan pengalaman yang telah dilakukan Muhammadiyah sejak lama terhadap isu lingkungan dan pendidikan.

Khusus untuk guru, Abdul Mu’ti mendorong setiap kelompok agama menggaungkan penghormatan yang layak dan sepatutnya diterima oleh para guru.

“Dari sudut pandang agama, guru memiliki misi profetik sebagai utusan’ Tuhan yang memegang, mengajar, dan mengubah ajaran agama ke dunia,” tutur Mu’ti.

“Sudah saatnya kita menghormati guru. Kualitas pendidikan, manusia, bangsa, dan dunia – sampai batas tertentu pada kualitas guru. Kami membutuhkan tindakan bersama dan kerjasama untuk menjadikan guru sebagai profesi terhormat dan agen peradaban dan peradaban umat manusia. Kita membutuhkan jaminan hukum untuk jaminan psikologis, profesional, moral, dan sosial bagi guru. Dari sini, kita perlu memiliki komitmen dan tindakan bersama menuju apresiasi yang lebih baik kepada guru,” tegas Mu’ti di depan para pemimpin dunia.

Check Also

bendera muhammadiyah

Muhammadiyah : Serukan Salat Ghaib untuk Korban Konflik Israel-Palestina

KRAMAT49 JAKARTA – Serangan brutal Israel ke Gaza telah mengakibatkan kenaikan dramatis angka kematian di …