Khazanah

AR Fachruddin dan Sepeda Onthel Menuju Kuliah Subuh

Kramat49, Sangat banyak tokoh Muhammadiyah yang dapat kita teladani bersama. Mulai dari kesederhanaannya, kejujurannya, kegigihannya, dan kebersahajaann dirinya. Kali ini, kita akan mengulas salah satu kisah kesederhanaan dari seorang AR Fachruddin.

Dilansir dari muhammadiyah.or.id., Allahyarham Kiai Abdur Rozaq Fachruddin atau akran disapa AR Fachruddin menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah yang dikenal dengan kebesaran dan kerendahan hatinya

Sebagai tokoh yang memimpin organisasi besar seperti Muhammadiyah dari tahun 1968-1990, Kiai AR Fachruddin tidak segan untuk memenuhi undangan umat meski dalam kondisi terbatas.

Hal yang umum dilakukan oleh beliau adalah tidak ingin menambah beban pada mereka yang terlihat memiliki bebannya sendiri. Dengan begitu, tidak jarang Pak AR melakukan tindakan yang tidak diduga oleh banyak orang.

Baca Juga: Memori Perjalanan KH Ahmad Dahlan Sebelum Wafat

Salah satu contoh kisah yang tidak terduga pernah dibukukan dengan tajuk “Pak AR Sang Penyejuk”. Buku tersebut merupakan karya Syaifudin Simon yang terbit tahun 2018.

Dalam buku tersebut, terdapat sebuah fragmen cerita saat sosok AR Fachruddin membonceng sebuah sepeda onthel tua milik seorang panitia acara yang datang untuk menginfokan terkait penundaan kegiatan kuliah subuh.

Kisah ini terjadi pada bulan Ramadan tahun 1989. Saat itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyarta (UMY) bermaksud akan menyelenggarakan acara kuliah subuh di kampus lapangan Asri.

Pagi itu, ternyata giliran Pak AR yang dijadwalkan untuk mengisi Kuliah Subuh tersebut. Seperti biasa, pukul 3.30 salah seorang panitia sudah siap menjemput Pak AR di Jalan Cik Di Tiro 19 A Yogya.

Namun disayangkan, sopir yang bertugas untuk menjemput tidak datang lantaran kunci mobil yang hendak dikendarai tidak ketemu. Dengan segera panitia memutuskan ceramah hari itu ditunda dan akan diadakan kembali pada hari lain.

Sebagai salah satu panitia, mahasiswa UMY bernama Syahrirsyah harus memberitahu Pak AR bahwa kuliah subuh pada hari itu dibatalkan.

Dengan keterbatasan pada masa itu yang belum adan telepon genggam, Syahrirsyah akhirnya harus mengayuh sepeda onthel tuanya dari lokasi acara ke kediaman Pak AR Fachruddin. Jarak antar lokasi sekitar 30 menit.

Baca Juga: Ternyata Ada Tokoh Muhammadiyah yang Mendapat Gelar Mayor Jenderal Tituler Loh, Cek Disini Sosoknya!

Ternyata, Pak AR sudah lama menunggu jemputan panitia dan siap berangkat menuju lokasi acara. Begitu melihat ada mahasiswa datang, Pak AR langsung berkata, “Ayo mas, kita berangkat”.

Dengan ekspresi bingung dan kelelahan mengayuh setelah mengayuh sepeda, Syahrirsyah berkata, “Maaf Pak, saya ditugaskan panitia untuk menyampaikan kepada Bapak, bahwa ceramah ditunda di hari lain. Sopir mobil yang akan menjemput Bapak tidak datang. Kunci mobilnya tidak ketemu.”

Pak AR kemudian bertanya, “Lhapanjenengan ke sini nitih menopo? (anda ke sini naik apa?)”. Dan Syahrirsyah menjawab, “Ngangge sepeda, Pak (pakai sepeda pak)”.

Dengan sigap Kiai Fachruddin berinisiatif, “Oh ya sudah, kuliah subuhnya tidak usah diganti di hari lain. Pun monggosak niki ke kampus UMY ngangge sepeda njenengan mawonKulo mbonceng (Ya sudah, mari sekarang kita ke kampus UMY pakai sepeda anda saja. Saya yang membonceng)”.

Betapa terkejutnya anak muda tadi dan merespon dengan gusar, “Mohon maaf, Pak. Tidak mungkin saya boncengkan. Jauh, Pak”.

Syahrirsyah pun bergumam dalam batinnya, “Pak AR Ketua Umum PP Muhammadiyah, sudah sepuh lagi. Mana mungkin membonceng sepeda dari Cik Di Tiro ke kampus UMY Lapangan Asri. Jauh”

Belum hilang gusarnya, Pak AR menegur, “Monggo mas, kita berangkat. Nanti kuliah subuhnya terlambat”.

Akhirnya, anak muda itu tidak kuasa menolak permintaan Pak AR. Dalam semilir angin pagi Kota Yogya, Syahrirsyah berhasil meyakinkan Pak AR agar dirinya saja yang membonceng menuju kampus UMY.

Tanpa diduga, sepeda onthel yang dikendarai tersebut dapat melaju dengan cepat layaknya sepeda motor. Bahkan, tubuh Pak AR yang besar terasa ringan. Sepanjang perjalanan dengan mengendarai sepeda itu, Syahrirsyah terharu dan meneteskan air matanya.

Dirinya tidak kuasa membayangkan seorang Ketua Umum PP Muhammadiyah yang membawahi sekian puluh universitas mau dibonceng sebuah sepeda tua.

Akhirnya tibalah mereka di kampus UMY dan kegiatan kuliah subuh tetap berlangsung sesuai jadwal.

Syahrirsyah tentu saja tidak akan pernah melupakan momen tersebut. Baginya, peristiwa tersebut sangat berkesan dan akan dikenang sepanjang hidupnya. Kerendahan hati Pak AR telah menyentuh nurani terdalamnya.(*)

Related Articles

Back to top button