
Cerita Dari Mangkunegaran
Kramat49, Di samping Yogyakarta, Surakarta merupakan salah satu kota paling istimewa bagi pergerakan Muhammadiyah di Pulau Jawa.
Terdapat fraagmen sejarah tersendiri yang tersimpan di Kadipaten Mangkunegara. Pada masanya kepemimpinan Mangkunegara VII dan Mangkunegara VIII, mereka telah banyak mendukung perkembangan Muhammadiyah sejak masa Kiai Ahmad Dahlan hingga saat ini.
Mulai dari wakaf aset Amal Usaha yang terdiri dari 1 rumah sakit dan 3 sekolah yang didirikan di atas tanah Mangkunegara, hingga penyediaan tempat bagi gelaran Persyarikatan seperti Muktamar ke-41 tahun 1985 dan Milad Muhammadiyah ke-106 tahun 2019 dilakukan oleh Mangkunegara.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VIII (1944-1987) yang diketahui memiliki visi yang sama dengan Muhammadiyah, turut memutuskan bergabung menjadi anggota Muhammadiyah.
Puncaknya adalah saat Muktamar Muhammadiyah ke-41 yang diselenggarakan di Surakarta tahun 1985, turut memberi membekas dalam sejarah kehangatan antara Muhammadiyah dengan Kadipaten Mangkunegaran.
Baca Juga: Memori Tentang KH Ahmad Dahlan di Majalah Pandji Masjarakat
Dalam perhelatan itu, Mangkunegaran mendukung penuh gelaran Muktamar yang salah satu hasilnya adalah penerimaan dan penetapan Pancasila sebagai azas organisasi Muhammadiyah.
Saat itu, majalah Suara Muhammadiyah Nomor 2 Tahun ke-66/Januari II-1986 menulis, kegiatan Muktamar saat itu seperti sidang pleno, sidang Majelis Tarjih, dan penutupan berpusat di Pendopo Agung Istana Mengkunegara.
Ketika menyampaikan sambutan penutupan Muktamar, Mangkunegoro VIII menyatakan kebanggaannya terhadap Muhammadiyah dan hasil Muktamar yang didukung oleh seluruh anggota Keraton.
Setahun pasca Muktamar, Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali berkunjung ke Pendopo Agung Mangkunegara guna bersilaturahmi dengan Sri Mangkunegara VIII sekaligus memperkenalkan para pimpinan yang baru.
Baca Juga: Aksi Penggalangan Dana untuk Palestina di Lapangan Pendidikan Muhammadiyah Kramat
Suara Muhammadiyah No.5/66 Tahun 1986 menulis, rombongan itu dipimpin oleh Ketua PP Muhammadiyah, Kiai Djarnawi Hadikusumo mewakili Ketua Umum PP Muhammadiyah, Kiai AR Fachruddin yang sedang dirawat di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, Djarnawi menyampaikan kesan bahwa Mangkunegaran memiliki peran besar bagi Muhammadiyah, terutama pada aspek pembinaan angkatan mudanya.
Seperti yang sudah diketahui, inspirasi pendirian Hizbul Wathan pada 1918 bermula ketika Kiai Ahmad Dahlan bertabligh ke Solo. Saat itu, dirinya menyaksikan latihan baris berbaris Javaansche Padvindery Organisation di halaman Istana Mangkunegaran.
Pada kesempatan yang sama dalam kunjungan tahu 1986 itu, Mangkunegara VIII menyatakan kembali kesediaannya yang telah diutarakan setahun lalu untuk bergabung menjadi anggota Persyarikatan Muhammadiyah.
Untuk menjalin silaturahmi yang semakin erat, Muhammadiyah diizinkan mendirikan masjid di dalam lingkungan benteng Keraton Mangkunegaran yang pembangunannya disanggupi oleh Menteri Agama Munawir Syadzali.(*)