Khazanah

Ternyata Ada Tokoh Muhammadiyah yang Mendapat Gelar Mayor Jenderal Tituler Loh, Cek Disini Sosoknya!

Kramat49-Jakarta, Sejak akhir tahun 2022 lalu, masyarakat diramaikan dengan pemberitaan dilantiknya seorang influenser sebagai Letnan Kolonel Tituler.

Pemberitaan tersebut menjadi semakin hangat disebabkan pemberian gelar kehormatan dalam keprajuritan ini dinilai oleh sebagian kalangan tidak sesuai dengan fungsi, tugas dan profesionalisme yang telah diatur di dalam Undang-Undang.

Ternyata, terdapat seorang tokoh Muhammadiyah yang pernah mendapatkan anugerah serupa. Beliau adalah AR Sutan Mansur.

Dilansir dari muhammadiyah.or.id., AR Sutan Mansur ini memiliki nama lengkap Ahmad Rasyid Sutan Mansur. Beliau adalah Ketua Umum Pengurus Besar Muhammadiyah periode 1956-1959.

AR Sutan Mansur sendiri kelahiran Maninjau, Sumatra Barat pada 15 Desember 1895 dan wafat pada tanggal 25 Maret 1985.

Sepanjang perjalanan hidupnya, tokoh yang banyak disebut sebagai “Bintang Muhammadiyah dari Barat”, terkenal menguasai ilmu tasawuf dan ushuluddin.

Baca Juga: Ada Apa Dibalik Nama Hamka ?

Dalam buku “Mengenal Tokoh-tokoh Muhammadiyah” tahun 2021, karena memiliki pengetahuan agama yang mumpuni, AR Sutan Mansur banyak diminta kalangan dan institusi untuk menjadi penasehat dalam bidang agama. Salah satunya ketika Bung Karno diasingkan ke Bengkulu pada 1938.

Selain itu, AR Sutan Mansur juga diangkat oleh Wakil Presiden, Mohammad Hatta sebagai Imam atau Guru Agama Islam untuk TNI Komandemen Sumatra di Bukittinggi dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler dari 1947 sampai 1949.

Gelar kehormatan militer Mayor Jenderal Tituler yang diperolehnya sebagai penghargaan atas berkontribusi besarnya dalam pencerdasan masyarakat.

Baca Juga: Kiai dan Nyai Ahmad Dahlan Sosok Pejuang yang Tidak Retak Ucapan dan Tindakan

Selepas menjalankan tugas di dunia militer, pada tahun 1950 Sutan Mansur diminta oleh TNI Angkatan Darat untuk menjadi penasehat di Mabes TNI.

Namun, Sutan Mansur menolak dengan halus tawaran tersebut. Beliam memilih untuk bertablig keliling Sumatra untuk membumikan ajaran Islam Moderat yang digelorakan oleh Muhammadiyah.

Kemudian pada tahun 1952, Presiden Soekarno kembali memintanya untuk menjadi penasehat negara, tetapi Sutan Mansur masih tetap menolaknya dan meminta menjadi penasehat tidak resmi.

Seperti kebanyakan tokoh Muhammadiyah lainnya, AR Sutan Mansur tetap dengan kesederhanaan meskipun telah meraih banyak penghargaan. Sikap kesederhanaan tersebut yang patut dijadikan teladan bagi generasi mendatang.(*)

Related Articles

Back to top button