Khazanah

Sosok Guru yang Menempa KH Ahmad Dahlan

Kramat49-Jakarta, Setiap dari kita tentu saja memiliki figur yang menjadi tuntunan atau dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.

Sosok guru dalam dunia pendidikan menjadi figur sentral yang acap kali ditiru dan menjadi panutan dari para muridnya. Dari sosok guru, seorang murid dapat melihat dan memiliki kepekaan terhadap dunia disekitarnya.

Termasuk KH. Ahmad Dahlan juga memiliki sejumlah figur yang berperan besar dalam mengembangkan gagasannya tentang islam yang berkembang sesuai zamannya.

Dilansir dari muhammadiyah.or.id., dalam rekam hidupnya, Kiai Ahmad Dahlan sendiri dikenal sebagai seorang guru sejati.

Hal ini dapat dilihat dari kisahnya mengajarkan Surat Al-Ma’un dan aktivitasnya di Budi Utomo agar bisa menjadi guru di sekolah-sekolah milik pemerintah.

Serta puncaknya adalah langkah konkrit dengan mendirikan Muhammadiyah dan mencetuskan sistem pendidikan Islam modern lewat organisasi tersebut.

Tentu sudah umum diketahui bahwa guru pertama yang mendidik Kiai Ahmad Dahlan adalah ayahnya sendiri, Kiai Abu Bakar. Beliau adalah seorang ulama dan pemuka agama di Keraton Yogyakarta.

Selain itu, Ahmad Dahlan kecil juga menuntut ilmu di pondok pesantren (mondok atau nyantri).

Baca Juga: Kiai dan Nyai Ahmad Dahlan Sosok Pejuang yang Tidak Retak Ucapan dan Tindakan

Dalam K.H. Ahmad Dahlan: sang pencerah, pendidik, dan pendiri Muhammadiyah tahun 2010, setidaknya terdapat 15 nama yang menjadi gurunya, mulai dari: ayahnya, Kiai Abu Bakar; kakak iparnya, Kiai Muhammad Soleh; termasuk Kiai Faqih Gresik.

Lebih lanjut, Ahmad Dahlan belajar fikih kepada Kiai Muchsin, ilmu nahwu kepada Kiai Abdul Hamid, ilmu falaq kepada Kiai Raden Dahlan, ilmu fikih dan hadis kepada Kiai Mahfud, ilmu hadis kepada Syekh Khayyat, Sayyid Baabusijjil dan Mufti Syafi’i.

Serta, ilmu qira’atul quran kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Syata’, ilmu pengobatan Islam kepada Syekh Hasan, serta ilmu qiraah dan falak kepada Kiai Asy’ari Baceyan dan Syekh Misri Makkah.

Bersama Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan juga pernah berguru kepada ulama besar asal Semarang, Kiai Soleh Darat.

Setelah berhaji ke Makkah pada tahun 1903, di tanah Hidjaz Kiai Ahmad Dahlan kembali menimba ilmu dari ulama besar asal Nusantara, yakni Syekh Ahmad Khatib, Kiai Nawawi Al-Bantani, Kiai Mas Abdullah Surabaya, dan Kiai Maskumambang.

Seperti yang ditulis oleh M. Nasruddin Anshoriy dalam Matahari Pembaruan Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan tahun 2010, saat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib, Kiai Ahmad Dahlan kembali satu majelis dengan Kiai Hasyim Asy’ari.

Baca Juga: Memori Tentang KH Ahmad Dahlan di Majalah Pandji Masjarakat

Demikian catat Ahmad Faizin Karimi dalam Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan tahun 2012, dalam hajinya tersebut, atas bantuan Haji Baqir, Kiai Ahmad Dahlan berhasil bertemu dan berguru Muhammad Rashid Ridha selama dua tahun.

Terkait ilmu-ilmu Keislaman yang dipelajari Kiai Ahmad Dahlan, periwayatan dari murid termudanya, Raden Hadjid merupakan sumber informasi penting.

Selama mengikuti perjalanan Kiai Ahmad Dahlan, Raden Hadjid menyaksikan banyak kitab yang dipelajari oleh gurunya tersebut.

Catatan Raden Hadjid kemudian dikumpulkan dalam dua bukunya yang kemudian disatukan dengan judul Pelajaran KH A Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat al-Qur’an.

Meskipun Kiai Dahlan mengembangan pemikiran islam yang modern, Raden Hadjid juga menyebut bahwa pendiri Muhammadiyah ini turut serta mempelajari kitab-kitab karya ulama Indonesia dan Makkah. Misalnya ilmu akidah dan kitab-kitab aliran Aswaja (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) dan fikih Syafi’I.

Serta, secara khusus membaca kajian ilmu tasawuf pemikiran Imam Ghazali hingga Tafsir Al-Manar Rashid Ridha dan majalah Urwatul Wutsqa Jamaludin Al-Afghani.(*)

Related Articles

Back to top button