Kramat49 News, SURABAYA—Ada sekitar 800 ayat dalam al-Quran yang berbicara ihwal alam (kauniyah). Akan tetapi, Guru Besar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh November Agus Purwanto menuturkan bahwa umat Islam seakan melupakan ayat-ayat al-Quran yang membahas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan, dan kerlap-kerlipnya gugus bintang.
Padahal ayat-ayat tentang alam tersebut dapat diposisikan sebagai prinsip-prinsip dasar dalam rangka bagaimana membangun hubungan sains dan agama. Agus Purwanto menyebut bahwa Perangkat utama sains dan teknologi adalah akal. Ekspresi ayat al-Quran dalam menggambarkan “akal” selalu menggunakan kata kerja (fiil), alih-alih kata benda (isim).
Dari 49 kata “akal” tidak ada satu pun yang menggunakan kata benda, bahkan hanya ada satu ayat dalam al-Quran yang menggunakan term “akal” dalam bentuk kata kerja lampau (fill madhi). Dominasi fiil mudhari dalam kata “akal” menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya menggunakan akal secara terus menerus dan proses yang berkelanjutan.
“Kata akal di dalam Al Quran ada 49, semua muncul dalam bentuk fiil mudlari’ atau kata kerja dan hanya satu fiil madli. Artinya, berpikir itu proses yang terus menerus bukan sesuatu yang menyejarah,” ungkap pria yang sering disapai dengan Gus Pur ini dalam kajian yang diselenggarakan Masjid Salman ITB pada Ahad (23/10).
Lebih dari itu, kata “akal” dalam bentuk fiil mudhari didominasi oleh dhamir-dhamir yang bermakna komunal (jama’) bukan personal (mufrad) seperti ungkapan “ya’quluna” dan “ta’qiluna”. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini menyatakan bahwa pilihan kata ini memiliki filosofi yang mendalam. Baginya, hal tersebut menandakan bahwa berpikir merupakan anjuran yang mesti dikerjakan setiap orang beriman.
“Jadi dalam Islam, berpikir itu bukan sesuatu yang seperti monumen benda mati, juga bukan sekadar proses sejarah masa lalu, tetapi anjuran agar terus berpikir, berpikir, dan berpikir,” terang penulis buku Nalar Ayat-ayat Semesta ini.
Dengan demikian, Allah Swt melalui al-Quran sesungguhnya mendorong orang-orang beriman agar menggunakan akalnya untuk berpikir secara maksimal. Berpikir secara radikal akan menghasilkan temuan-temuan yang dapat membawa pada satu kebanggaan bahwa Islam menjadi rahmat semesta alam. Sebab sejak dulu peradaban Islam selalu diidentikkan dengan kejayaan pengetahuan, sebagaimana Franz Rosenthal dalam The Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medievel Islam.
sumber Muhammadiyahorid