Sejak pandemi awal tahun 2020, Buya Syafii tidak pernah melakukan kunjungan keluar kota. Bukan soal apa, memang karena faktor usia beliau yang sudah uzur, sehingga sangat berhati-hati untuk beraktivitas di tengah-tengah keramaian.
Bahkan saat diundang acara PP Muhammadiyah pada hari Ahad (23/01) di Bandung, Buya Syafii menolak untuk hadir. Namun dengan bujukan seorang pengusaha asal Minang, akhirnya beliau bersedia.
Ternyata bujukan pengusaha asal Minang ini tidak tanggung-tanggung. Beliau menyiapkan satu maskapai privat jet, seri legacy 600 dengan isi penumpang 12 orang. Selain disediakan maskapai khusus, Buya pun disiapkan tim yang akan menemani beliau.
Dan pengusaha asal Minang ini, 4 hari sebelum tanggal 23/01, menghubungi saya, agar bisa membersamai Buya Syafii dan mengkordinasikan tim keberangkatan ke luar kota.
Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, Buya pun berangkat bersama 4 orang tim dari Suara Muhammadiyah ( saya sendiri, mas Isngadi, Mas Ribas & Mas Erik ) serta Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti yang saat bersamaan sedang berada di Yogyakarta.
Saat sampai di bandara Adisucipto Yogyakarta, suasana memang tampak sepi dan sunyi. Tidak ada pesawat yang parkir selain pesawat privat jet yang akan kami naiki tersebut. Buya pun tampak heran dengan kondisi ini.
“Ternyata sepi sekali, hanya kita yang di bandara. Dan pesawat yang parkir pun juga tidak ada, selain pesawat yang akan kita tumpangi ,” ucap Buya dengan penuh keheranan.
Melihat suasana ini, Buya pun beralih dari posisi duduknya dari ruang tunggu untuk berdiri dan mengambil beberapa gambar suasana di bandara dan pesawat super jet yang sedang terparkir.
“Ayoo-ayoo di foto, ini jarang-jarang bisa naik pesawat khusus ini ,” ajak Buya sambil tersenyum kepada tim SM.
Saat menuju pesawat, Buya dan kami semua masih menunjukkan kekaguman dan kebahagiaan atas kesempatan ini. Dan di dalam pesawat yang hanya diisi oleh 6 orang, memang serasa sangat spesial. Apalagi ditambah fasilitas pesawat yang berbeda dengan pesawat yang selama ini sering ditumpangi.
Berbagai celetuk muncul dalam pesawat. Celetuk pertama muncul dari Mas Isngadi yang ikut dalam rombongan , “Alhamdulillah tidak perlu menunggu jadi ketua Ormas untuk menaiki Privat Jet,” ungkapnya disambut tawa.
Menyambung celetuk mas Isngadi, saya pun menimpali. ” Ini kisah wong ndeso naik pesawat Privat Jet, nanti kita buatkan vlog sesuai judul seperti itu “, ungkap saya dengan wajah canda.
“Cocok itu, sambut Buya menimpali. Saya pun juga baru pertama naik pesawat seperti ini ,” tuturnya.
Dan ternyata setelah berbincang-bincang, semua yang ikut rombongan Buya Syafii, baru kali pertama untuk menumpangi pesawat Privat Jet ini. Kecuali bapak Abdul Mu’ti yang menurut penuturannya sudah yang kedua.
Tidak ada pembicaraan yang serius selama dalam perjalanan, selain menikmati hidangan yang diberikan oleh pramugari dan melakukan “jeprat jepret” untuk mengambil berbagai momen di dalam pesawat.
Namun di tengah menikmati hidangan tersebut, terbersit ide dalam pikiran saya, apa mungkin suatu saat Muhammadiyah memiliki maskapai seperti ini.
Mendengar komentar saya, pak Abdul Mu’ti menyambut positif dan meresponnya. Menurut beliau, bisnis maskapai seri privat jet ini sangat menarik. Karena tidak banyak pesaing dan pemain dalam bisnis ini.
“Coba Suara Muhammadiyah, bisa memikirkan ini, bagaimana suatu saat, bisa mengelola bisnis maskapai seri privat jet ini ,” Tutur sekretaris umum PP Muhammadiyah ini.
Di tengah-tengah mendiskusikan soal bagaimana mengelola bisnis jenis maskapai ini, tiba-tiba pramugari menyampaikan kalau pesawat sudah bersiap untuk landing. Kami pun akhirnya menghentikan semua pembicaraan yang serius, dan segera bersiap-siap dan menghabiskan makanan yang tersedia.
Tidak terasa, akhirnya sesaat kami turun dari pesawat, mas Erik pun berkomentar, ternyata jalan Tuhan tidak pernah ada yang tahu, kita pun yang wong ndeso, bisa menumpangi pesawat super ini.
Terimakasih Buya Syafii, Terima Pak Abdul Mu’ti dan Terimakasih untuk tokoh yang sudah memfasilitasi perjalanan ini. Semoga bermanfaat.
sumber SM