
Islam dan Pembiasaan Bersikap Sewajarnya
Kramat49-Jakarta, Setiap manusia menjalani kehidupannya sesuai dengan ketetapan yang sudah ada dalam lauhulmahfuz. Baik-buruknya hati dan perilaku manusia, hingga suratan kehidupannya sudah tercatat semuanya.
Manusia sudah menjalani kehidupannya sejak ruhnya ditiupkan semasa dalam kandungan. Sudah menjadi sebuah keniscayaan kalau tidak jarang manusia bersikap dan/atau berperilaku berlebihan dalam beberapa hal.
Namun, perlu diperhatikan bersama terkait implikasi dari perilaku berlebihan tersebut. Tidak sedikit dampaknya justru menjerumuskan manusia kepada perilaku yang tergolong makruh, bahkan dapat menjadi haram karenanya.
Dilansir dari muhammadiyah.or.id., Sejatinya ujian keimanan dalam islam salah satunya melalui penderitaan. Setiap insan belum dikatakan beriman, ketika dalam hidupnya belum ditempa lebih dahulu dengan berbagai penderitaan.
Pernyataan tersebut sesuai dalam firman Allah Swt. pada QS. al-Baqarah ayat 155: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”
Dalam penggalan ayat tersebut, tedapat beberapa penderitaan yang menyertai perjalanan hidup manusia, diantaranya: rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta. Cobaan tersebut diberikan untuk menyeleksi hamba-Nya. yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang sejatinya telah banyak diberikan.
Allah Swt. berjanji akan mengangkat derajat manusia yang mampu menerima cobaan dengan sabar, tenang, dan ikhlas. Melalui cobaan tersebut, setiap insan diharapkan dapat memiliki rasa syukur dan empati kepada sesamanya.
Baca Juga: Takwa Sebagai Tali Pedoman Hidup
Hanya saja, terkadang kesan penderitaan memunculkan perspektif bahwa semakin menderita semakin dekat, maka semakin dengan Tuhan. Pada akhirnya, secara tidak sadar mereka yang membuat penderitaan dalam beragama.
Contoh sederhana yang mudah kita temui, antara lain: ada orang yang tetap memaksakan puasa saat bepergian, enggan melaksanan salat jamak saat dalam perjalanan, hingga melakukan ibadah salat lengkap dengan sajadah dan mukena di tengah-tengah keramaian terminal.
Sejatinya, ketaatan yang terlihat memaksakan ini tidak ada kaitannya dengan kualitas keimanan. Sekalipun dirinya tengah diterpa sebuah penderitaan, Allah Swt. telah memastikan cobaan tersebut tidak melebihi batas kemampuan dari hamba tersebut.
Hal tersebut sudah diterangkan dalam QS. al-Baqarah ayat 286: “…Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”.
Melalui beberapa penggalan surah dalam Al-Qur’an tersebut, kita dapat melihat bahwa islam tidak mengajarkan pencapaian prestasi spiritual melalui penderitaan. Apabila terdapat kesukaran yang di pandang melebihi batas kemampuan, maka diperintahkan untuk tetap berpegang pada kaidah ajaran islam.
Baca Juga: Lima Ciri Manusia Dicintai Allah
Secara fundamental, islam mewajibkan umatnya agar mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Caranya dengan melaksanakan perintah-Nya dengan segenap kemampuan yang ada dan tidak melanggar larangan yang sudah ditetapkan.
Demikianlah saat kita melihat islam sebagai agama yang din waqi’iy. Maksudnya, islam sebagai agama yang sangat menghormati realitas obyektif dan realitas kongkrit yang terdapat di sekitar dan dalam diri manusia.
Ketika manusia menyukai keindahan, kecantikan, ketampanan, kelezatan dan kemerduan, Islam kemudian menghalalkannya, dengan syarat hal tersebut didapatkan dengan cara yang baik dan dilakukan dengan cara yang benar.
Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 42: “Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.”
Agama Islam mengajarkan umatnya untuk menjalani kehidupannya dengan sewajarnya. Tidak dengan sikap berlebihan maupun rasa sinis terhadap segala yang dihadapinya.
Islam sangat memberikan keluasan bagi manusia untuk merasakan kenikmatan hidup, selama tidak melampaui batas kewajaran yang dianjurkan.
Ketentuan tersebut sudah disampaikan dalam QS. al-Maidah ayat 87: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Sebab itu, Islam mengajarkan untuk menjalani pembiasahan kehidupan dengan sewajarnya. Dengan mencari ketenangan, beristirahat, mencari hiburan yang sesuai dengan porsinya.(*)