All

Takwa Sebagai Tali Pedoman Hidup

Kramat49-Jakarta, Kehangatan bulan Syawal sudah sepatutnya menjadi masa baru dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Setelah sepanjang bulan Ramadan berlomba-lomba untuk meraih pengampunan, kini masanya untuk membuktikan konsistensi ketakwaan yang sudah dibentuk selama satu bulan yang lalu.

Nyatanya, sebagai makhluk ciptaan-Nya, diantara manusia tentu masih ada saja yang mudah tergoda dengan kesenangan dunia. Tingkat ketakwaan yang sudah terbentuk perlahan mengalami penurunan.

Pada persoalan ini, harus disadari bersama bahwa takwa adalah proses pembentukan diri yang berkelanjutan. Sekaligus, tersadar bahwa takwa sejatinya adalah tali pedoman hidup.

Dilansir dari muhammadiyah.or.id., Takwa hadir sebagai sebuah kesadaran yang mendalam akan kehadiran Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap aspek kehidupan. Takwa dalam diri manusia berperan menjaga diri dari segala larangan-Nya, serta berusaha keras untuk melakukan segala yang diperintahkan-Nya.

Seperti dalam QS. Al Baqarah ayat 197, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal bagi perjalanan hidup ini adalah takwa. “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”

Dalam penggalan ayat surah Al Baqarah ayat 183, kata “tattaqun” menunjukkan sebuah proses yang berkelanjutan dari perilaku takwa. Pasca memperbaiki dan merefleksi diri selama sebulan penuh, takwa yang diperoleh haruslah terus berjalan.

“Tattaqun” dalam ayat tersebut menjadi sebuah panggilan untuk menjadikannya tali pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Ketakwaan berjalan bagai proses yang berlangsung berkelanjutan yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan kejujuran.

Baca Juga: Keistimewaan Orang Bertakwa

Perlu dipahami bersama, ibadah puasa Ramadan yang telah dilakukan bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah perjalanan spiritual untuk meningkatkan takwa dalam diri. Meningkatnya ketakwaan dalam diri yang menjadikan kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap langkah kehidupan.

“Tattaqun” sejatinya menuntut aktualitas riil dari sebuah perbuatan takwa, sebuah proses yang jalani dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan. ibadah puasa Ramadan seharusnya tidak hanya menjadi puncak dari kebaikan kita, tetapi menjadi titik awal bagi sebuah perubahan yang berkelanjutan menuju kesadaran dan takwa yang lebih dalam.

Banyak di antara kita yang hanya berbuat baik di bulan Ramadan. Setelah bulan mulia tersebut berganti, tidak sedikit diantaranya yang kembali ke titik nol. Fenomena tersebut menunjukkan refleksi ketakwaan yang belum mendalam dan mengakar.

Sejatinya mereka yang benar bertakwa telah memiliki perisai diri yang kokoh. Mereka tidak akan terjerumus dalam perbuatan yang dilarang dan berdampak pada kerusakan di muka bumi.

Mereka yang bertakwa senantiasa peka terhadap kemalangan sesamanya. Mereka menjadi pribadi yang selalu berusaha menjauhkan diri dari segala bentuk kemunkaran.

Baca Juga: Muslim Yang Menentramkan

Aktivitas puasa menjadi proses pembentukan karakter dan kesadaran yang mengantar kita kepada ketakwaan yang sejati. Bulan Ramadan sendiri bukanlah awal sekaligus akhir dari sebagai peluang untuk meningkatkan ketakwaaan kita

Justru, Pasca bulan mulia tersebut kita harus semakin berlomba menjadi manusia yang lebih baik dalam ketakwaan. Sekaligus semakin menjadikan takwa sebagai tali pedoman hidup yang menuntun kita kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. (*)

Related Articles

Back to top button