Ekonomi & Bisnis

Tranformasikan Pemulung Jadi Pengelola Sampah, MPM PP Muhammadiyah: Sekarang Sudah Berwirausaha Secara Kolektif

Kramat49-Yogyakarta, Sering kali kita mengalami kesulitan dalam mengelola sampah dalam aktivitas keseharian. Sampah yang tidak dikelola dengan baik memiliki dampak negatif yang sangat berpengaru pada kesehatan.

Salah satu inovasi kegiatan pengabdian masyarakat yang dimotori oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terkait persoalan tersebut adalah mentransformasi para pemulung menjadi pengelola sampah.

Mereka berasal dari para pemulung di sekitar Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Kelompok Mardiko ini merupakan bentuk akronim ang awalnya “Makaryo Adhi Ngayogyokarto” menjadi “Makaryo Adhi Katon”.

Dilansir dari muhammadiyah.or.id., dalam rangka memperingati Hari Kartini 2025, Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) DIY melakukan kunjungan ke kelompok Mardiko pada Senin (14/4).

Kunjungan tersebut dalam rangka menyerahkan bantuan kepada anggota Mardiko, sekaligus mengapresiasi langkah transformatif inklusif yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah melalui komunitas masyarakat tersebut.

Terkait kunjungan tersebut, Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin menyampaikan terima kasih atas perhatian yang diberikan untuk mendukung transformasi kelompok Mardiko ini.

Sebelum TPST Piyungan resmi ditutup oleh pemerintah, Yamin mengungkapkan jumlah anggota Mardiko ini mencapai 500-an orang yang berasal dari berbagai daerah, termasuk luar DIY.

Namun setelah penutupan, jumlah anggotanya menurun menjadi sekitar 150-an orang. Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan, jumlah itu tidak hanya laki-laki tapi juga ada anggota perempuan. Sebab pola pemberdayaan yang dilakukan sifatnya inklusif gender.

“Mentransformasi dari pemulung menjadi pengolah sampah. Di situ ada transformasi menjadi wirausahawan, sekarang mereka sudah berwirausaha secara kolektif. Dan sekarang sudah memiliki koperasi berbadan hukum,” ungkap Yamin.

Baca Juga: Menggedor Daya Saing Ekonomi Melalui Transformasi Digital

Nurul Yamin menuturkan, kelompok yang awalnya sebagai pemulung, kini menjadi pengolah sampah dan telah memiliki rumah produksi sendiri. Setiap sampah diambil dari pelanggan, selanjutnya diolah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual.

Saat ini, sampah yang mereka olah menghasilkan dua produk yaitu sampah organik yang diimplementasikan sebagai media budidaya maggot, kemudian maggotnya dijadikan pakan ayam petelur yang telah diternakan sebelumnya.

Kemudian, ada sampah non-organik yang bernilai jual dan residu pembakaran. Residu pembakaran ini direncanakan akan dikembangkan sebagai sebuah produk, seperti: conblock, aspal, atau produk hiasan halaman rumah lainnya.

Ketua Kelompok Mardiko, Maryono menyampaikan bahwa saat ini selain pengolahan sampah kelompoknya juga telah menjalankan peternakan ayam dengan label TelorMoe. Dengan pakan maggot, kualitas telur yang dihasilkan tentu lebih sehat.

“Kita mengolah sampah riil detail tidak ada yang tersisa. Dalam artian sampah masuk rumah produksi, kami pilah dengan mesin,” ungkap Maryono.

Baca Juga: ALMA Mineral, Wirausaha Pondok Al Manar Ranting Muhammadiyah Sedayulawas

Untuk produk organik, Ketua Kelompok Mardiko menyampaikan terdapat tiga kelompok pengolahan, yaitu: kelompok kompos, kelompok pakan maggot, dan kelompok ecoenzim.

Sampah yang diolah oleh kelompok Mardiko dalam sehari kurang lebih empat sampai lima ton, yang berasal dari sampah rumah tangga maupun institusi di sekitar Kota Yogyakarta, Bantul, dan Sleman.

Dari acara bakti sosial yang dilakukan ini, pihak BKOW DIY berharap akan ada tindak lanjut kerjasama untuk memperkuat pemberdayaan yang inklusif gender.(*)

Related Articles

Back to top button