KRAMAT49 NEWS, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menerima silaturahmi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Dudung Abdurachman, Sabtu (11/12). Keduanya bertemu di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam pertemuan tersebut, Haedar Nashir ditemani oleh Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto. Sementara, Jenderal Dudung ditemani oleh Panglima Komando Daerah Militer (PANGDAM) IV/Diponegoro, Mayor Jenderal TNI Rudianto bersama jajaran.
Ketua Umum PP Muhammadiyah mengatakan, silaturahmi tersebut dilakukan sebagaimana umumnya dengan para elemen bangsa untuk meningkatkan jaringan kerja sama dan komunikasi dalam satu bingkai keluarga besar bangsa Indonesia.
“Muhammadiyah dengan TNI selalu menjalin hubungan yang baik sebagaimana dengan Polri dan institusi pemerintah karena punya sejarah yang panjang di mana Jenderal Sudirman sebagai kader dan tokoh Muhammadiyah menjadi bapak TNI pertama dan menjadi tokoh sentral dalam TNI sehingga nilai-nilai keprajuritan, perjuangan dan kepahlawanan melekat dalam Muhammadiyah,” tutur Haedar dalam keterangannya, Sabtu (11/12).
“Begitu juga dalam TNI ada jiwa, nilai-nilai agama dan perjuangan sebagaimana tokoh-tokoh Muhammadiyah melakukannya dan pergerakan Muhammadiyah selalu bersama bangsa dan negara,” ungkap Haedar.
Dalam pertemuan tersebut, Haedar dan Dudung juga membahas pentingnya persatuan nasional dengan cara merawat kebinekaan sekaligus menjunjung tinggi prinsip musyawarah, kolektivitas dan gotong royong.
“Persatuan menjadi hal yang mutlak bagi masa depan Indonesia. Jangan sampai bangsa Indonesia pecah karena perbedaan-perbedaan yang tidak bisa kita dialogkan, tidak bisa kita cari titik temunya dan tentu karena perbedaan-perbedaan yang membuat kita makin menjauh satu sama lain,” kata Haedar.
“Alhamdulillah saling pengertian antara Muhammadiyah dan TNI dan semua pihak untuk kita hidup dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika dengan semangat hikmah kebijaksanaan dan semangat musyawarah,” sambung Haedar.
Haedar juga mengungkapkan bahwa Muhammadiyah dan TNI memiliki kesamaan pandangan bahwa kehidupan kebangsaan harus berpijak pada tiga nilai yaitu Pancasila, Agama, dan Kebudayaan luhur bangsa.
Seluruh agama di Indonesia menurut Haedar telah melewati berbagai proses panjang hingga menyatu dalam identitas Indonesia.
Sementara, unsur Kebudayaan luhur bangsa telah membentuk identitas nasional seperti sifat kebersamaan, gotong royong, dan keramahan bangsa Indonesia yang menjadi patokan dalam bersentuhan dengan kebudayaan asing.
“Sehingga kita bisa belajar dari kebudayaan lain baik di Timur Tengah, di Asia, di Barat, tetapi semuanya juga harus tetap kita seleksi mana yang baik dan mana yang tidak pas dengan kebudayaan luhur bangsa. Nilai-nilai yang tidak sejalan dengan kebudayaan luhur bangsa, tentu jangan menjadi pola hidup bangsa Indonesia,” kata Haedar.
Dia berpesan, dengan nilai agama, Pancasila, dan nilai luhur kebudayaan bangsa lainnya, masyarakat akan semakin cerdas, dewasa, dan memiliki moralitas dan kepribadian yang luhur.
“Alhamdulillah Pak KSAD juga memiliki pandangan yang sama tentang nilai-nilai luhur dalam kehidupan bangsa Indonesia tersebut. Mudah-mudahan silaturahmi ini juga terus berkembang dengan berbagai pihak lainnya sehingga Indonesia itu bersatu karena kita itu membudayakan silaturahmi,” pungkas Haedar. (kmpr)
sumber SM