- Imkan Rukyat
KRAMAT49 NEWS, JAKARTA—Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia menggunakan kriteria baru dalam penentuan awal bulan Hijriah mulai tahun 2022 ini. Kriteria itu mengacu hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2021.
Sebelumnya, Kemenag menggunakan kriteria hilal (bulan) awal Hijriah adalah pada ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam. Sementara MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Dosen Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Prof Hamka (UHAMKA) Tono Saksono mengatakan bahwa kriteria baru yang akan berlaku pada tahun ini merupakan sebuah scientific blunder. Menurutnya, adanya kriteria baru ini semakin menguatkan anggapannya bahwa MABIMS hanya mampu berpikir parsial.
“Dengan kriteria yang baru ini, sangat berpotensi untuk memaksa umat Islam di wilayah ASEAN untuk tidak berpuasa pada saat hilal itu sudah sangat besar. Padahal kriteria baru dari MABIMS ini termasuk scientific blunder,” ujar Guru Besar dari UHAMKA ini dalam Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Ahad (27/03).
Dengan ketinggian hilal sebesar 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat ini akan berpotensi untuk memaksa umat Islam Indonesia dan ASEAN memulai puasa pada 3 April 2022. Padahal sejak subuh dan sepanjang 2 April 2022, hilal telah besar di wilayah ASEAN, bahkan lebih besar dari yang ada di benua Amerika.
Jika memaksakan menggunakan kriteria imkan rukyat yang baru ini, ucap Tono, akibatnya selama sebulan penuh selama Ramadan umat Islam Indonesia akan melaksanakan semua ibadahnya sekitar 12 jam lebih lambat dari Muslim Amerika dan Eropa. Padahal seharusnya ibadah Muslim Indonesia dan ASEAN justru sekitar 12 jam lebih awal.
“Akibat dari penerapan yang keliru, hilal harus dapat dirukyat saat maghrib di wilayah lokal, kalender umat Islam jadi kacau balau. Belum lagi umat Islam di ASEAN akan beribadah 12 jam lebih lambat dari muslim di Amerika dan Eropa,” tutur Tono.
Dalam mengatasi masalah ini, Tono menyarankan agar umat Islam di dunia segera mengadopsi kriteria Kelender Islam Global dan mengawali Ramadan 1443 H pada 2 April 2022.