KRAMAT49 NEWS, SURABAYA— Konsep Berkemajuan bagi Muhammadiyah adalah adalah state of dynamic bukan state of being. Artinya Islam yang Berkemajuan sebagai identitas Muhammadiyah merupakan kemajuan yang terus diusahakan, bukan keadaan final dari produk kemajuan sebelumnya.
Demikian disampaikan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq Mughni pada (11/12) di acara pembukaan Muhammadiyah Education (ME) Awards 2021 Special Edition, yang diadakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Pandangan berkemajuan yang dimiliki oleh Muhammadiyah adalah suatu keadaan yang menuntut Muhammadiyah untuk maju, bukan stagnan pada keadaan maju akibat gagasan pembaharuan yang dilakukan oleh pendahulu. Oleh karena itu, Muhammadiyah senantiasa meng-upgrade diri sesuai dengan situasi dan kondisi zaman.
“Tapi kalau itu kita pandang sebagai state of being, maka kita puas dengan kemajuan yang ada. Tapi kalau kita anggap sebagai state of dynamic, maka Muhammadiyah itu menjadi maju, menjadi maju,” tuturnya.
Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan berimplikasi pada tuntutan pelayanan pendidikan yang berada di bawah naungan Muhammadiyah untuk terus maju. Berkemajuan dalam pendidikan Muhammadiyah memiliki corak tersendiri, misalnya corak pendidikan tauhid yang memiliki dimensi santun, humanis, dan persuasif.
Tauhid murni dalam kerangka pemahaman Muhammadiyah merupakan suatu yang fundamental untuk dimiliki oleh setiap warganya, dan harus diajarkan sejak dini kepada kader-kadernya. Oleh karena itu, tauhid menjadi keharusan untuk diinternalisasikan ke dalam dunia pendidikan Muhammadiyah mulai dari tingkat yang paling dasar sampai tinggi.
Corak tauhid ini tidak menjadikan muslim menjadi eksklusif dalam relasi kemanusiaan. Corak tauhid ini tercermin pada gerakan kemanusiaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Bantuan kemanusiaan yang diberikan Muhammadiyah dilakukan secara inklusif, tidak membeda-bedakan terlebih membedakan latar belakang agama kelompok yang dibantu.
Dalam membingkai sikap keberagamaan, Muhammadiyah merujuk kepada Al Quran dan Hadis secara independen, artinya tidak mengkhususkan diri kepada salah satu mazhab tertentu yang pernah lahir dalam sejarah Islam. Posisi mazhab bagi Muhammadiyah memiliki arti penting, akan tetapi Muhammadiyah tidak boleh tersandera mazhab.
“Tentu dengan pemahaman yang lebih independen, tidak terikat oleh mazhab apapun yang pernah lahir dalam sejarah Islam,” ungkap Syafiq.
“Kita bisa memahaminya secara independen untuk berinteraksi langsung dengan al-Qur’anul Karim,” imbunya.
Maka, Syafiq menekankan supaya dalam memahami Al Quran maupun Hadis harus secara komprehensif, sehingga melahirkan pengetahuan yang utuh akan Islam. Termasuk melibatkan ilmu pengetahuan lain dalam memahami Al Quran dan Hadis. Diharapkan melalui pendekatan tersebut, akan memunculkan pemahaman tengahan (wasathiyah), tidak ekstrim kanan – kiri.
sumber Muhammadiyah