
KHGT Sebagai Ijtihad Kontemporer, Jawaban Atas Tantangan Zaman
Kramat49-Yogyakarta, Halaqah Nasional Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) telah berlangsung di Yogyakarta, Sabtu (19/04).
Dilansir dari muhammadiyah.or.id., Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Muhamad Rofiq Muzakkir, menegaskan bahwa Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) merupakan hasil ijtihad kontemporer (ijtihād mu‘āṣir) yang inovatif dan berani.
Rofiq Muzakkin memaparkan terkait landasan syar’i, keunggulan, dan makna KHGT sebagai simbol mondialisme Islam yang mendukung solidaritas dan aksi global umat Islam.
Acara tersebut menjadi momentum untuk memperkuat komitmen Muhammadiyah dalam menerapkan KHGT sebagai solusi penyatuan waktu ibadah dan sipil di era globalisasi.
Rofiq menjelaskan, KHGT adalah gagasan modern yang mengintegrasikan unsur-unsur tradisi klasik, seperti penggunaan hisab (perhitungan astronomis) dan konsep ittiḥād al-maṭāliʿ (kesatuan tempat terbit hilal), dengan elemen-elemen baru yang tidak ditemukan dalam ijtihad ulama pramodern.
“KHGT memperkenalkan prinsip ‘satu hari satu tanggal’ di seluruh dunia, penerimaan International Date Line, dan syarat ijtimāʿ (konjungsi) sebelum pukul 24:00 GMT. Ini adalah pendekatan baru yang belum pernah ada sebelumnya,” ujarnya.
Menurutnya, keputusan Muhammadiyah untuk mengadopsi KHGT merupakan langkah ijtihad yang berani, terutama karena posisi geografis Indonesia di belahan bumi timur.
Berbeda dengan Fiqh Council of North America (FCNA) atau European Council for Fatwa and Research (ECFR) yang berada di bumi bagian barat, Indonesia sering kali harus menetapkan awal bulan Hijriah berdasarkan keterlihatan hilal di belahan barat.
Sebab itu, penerimaan KHGT didasarkan pada argumentasi syar’i yang kuat, yang menunjukkan keunggulan konsep ini dalam memenuhi kebutuhan umat Islam di era modern.
“KHGT adalah jawaban atas tantangan zaman, di mana umat Islam semakin terhubung secara global. Kalender ini tidak hanya menjadi pedoman waktu ibadah, tetapi juga membentuk paradigma beragama yang mondial,” papar Roziq.
Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menjelaskan, mondialisme dalam KHGT mencakup empat dimensi utama. Pertama, KHGT mewujudkan sistem waktu umat Islam yang terpadu dan bersifat global. Kedua, KHGT menumbuhkan rasa solidaritas global di kalangan umat Islam.
Ketiga, KHGT mendorong pemikiran dan kepedulian yang melampaui batas lokal. Keempat, KHGT menginspirasi pengabdian kepada kemanusiaan yang berskala universal.
“Dengan KHGT, Muhammadiyah ingin mewujudkan sistem waktu yang tidak hanya menyatukan umat Islam dalam ibadah, tetapi juga menginspirasi aksi universal di bidang pendidikan, keagamaan, dan kemanusiaan,” ungkap Rofiq.
Rofiq menegaskan, KHGT bukan sekadar alat penentu waktu, melainkan simbol mondialisme Islam yang mencerminkan visi Muhammadiyah untuk membangun solidaritas global.
“KHGT adalah conditio sine qua non (kondisi mutlak) untuk membentuk paradigma beragama yang mendunia. Ini bukan hanya soal kalender, tetapi tentang bagaimana umat Islam bersatu dalam wawasan, rasa, pemikiran, dan aksi untuk kemanusiaan,” katanya.
Dirinya menyoroti terkait penerapan KHGT yang akan mendorong umat Islam untuk berpikir dan bertindak secara global, sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin terintegrasi.
“KHGT mengajak umat Islam untuk tidak hanya fokus pada kebutuhan lokal, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap isu-isu global, seperti: pendidikan, kesejahteraan, dan kemanusiaan,” tambahnya.
Rofiq Muzzakir mengakui, penerapan KHGT di Indonesia memiliki tantangan tersendiri karena posisi geografisnya.
“Di belahan bumi timur, kita sering harus mengikuti keterlihatan hilal di barat. Ini membutuhkan keberanian dan kesiapan untuk mengubah paradigma yang sudah lama berlaku,” ujarnya.
Dengan KHGT, Muhammadiyah tidak hanya menawarkan solusi teknis untuk penyatuan kalender, tetapi juga visi besar untuk membangun umat Islam yang terpadu, solidaritas tinggi, dan berkontribusi secara universal.
Rofiq mengajak seluruh elemen umat Islam untuk mendukung KHGT sebagai wujud komitmen terhadap mondialisme Islam yang inklusif dan progresif.
“Dengan KHGT, kita tidak hanya menyatukan waktu, tetapi juga hati, pikiran, dan tindakan umat Islam untuk kemanusiaan yang lebih baik,” jelas Rofiq.(*)